Senin, 17 November 2014
I.
JUDUL : REDUKSI Cr6+ DENGAN THIO SULFAT
II.
TUJUAN :
1.
Mereduksi limbah cair krom heksavalen dengan thio sulfat
2.
Menentukan konsentrasi sampel dengan berat tertentu dari
thio sulfat
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran yang diakibatkan oleh logam
berat merupakan pencemaran yang disoroti oleh masyarakat. Hal ini karena dalam
konsentrasi yang kecil saja, logam berat dapat menghasilkan tingkat keracunan
yang tinggi pada makhluk hidup. Selain itu logam berat juga dapat terakumulasi
dalam rantai makanan.
Di alam terdapat 13 elemen logam berat
yang merupakan elemen utama polusi yang berbahaya, salah satunya adalah logam
krom bervalensi VI. Di Indonesia, logam krom (VI) termasuk dalam kategori
limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (limbah B3). Senyawa kromium (VI) termasuk
senyawa logam yang paling banyak digunakan dalam industri karena kemampuan
oksidasinya yang kuat dan menghasilkan warna yang tahan lama. Tetapi jika
senyawa kromium (VI) terbuang ke lingkungan dan masuk ke dalam tubuh makhluk
hidup maka akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya karena Cr (VI) bersifat
karsiogenik. Oleh sebab itu limbah cair yang mengandung senyawa kromium (VI)
harus diolah dengan cepat untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan. Cara
yang paling tepat dalam menangani limbah cair yang mengandung logam berat
seperti kromium (VI) adalah dengan cara reduksi dan pemulihan / perolehan
kembali.
Perolehan kembali kromium dari limbah
cair untuk digunakan kembali dapat memberikan keuntungan yaitu meminimasi
kandungan polutan dalam air limbah, juga mengurangi biaya pembelian bahan
kimia. Sedangkan reduksi kromium dilakukan supaya mengurangi kandungan kromium
(VI) dalam air limbah.
Kromium adalah logam kristalin berwarna putih, tidak begitu liat (keras). Logam
ini melebur pada suhu 17650 C. Dalam larutan air, kromium membentuk 3 jenis
ion, yaitu :
1.
Kation kromium (II) atau disebut kromo Cr2+. Merupakan
ion yang diturunkan dari senyawa CrO. Larutan dengan ion Cr2+
menghasilkan larutan biru. Ion ini agak tidak stabil karena merupakan reduktor
kuat bahkan ion ini perlahan-lahan mampu menguraikan air membentuk hidrogen.
2.
Kation kromium (III) atau disebut kromi Cr3+. Ion
ini stabil dan diturunkan dari senyawa dikromium trioksida Cr2O3. Dalam
larutan, ion ini berwarna hijau atau lembayung. Berwarna hijau jika terdapat
kompleks [Cr(H2O)5Cl]2+
{pentakuomonoklorokromat} atau kompleks [Cr(H2O)4Cl2]+
{tetrakuodiklorokromat}. Berwarna lembayung jika terdapat ion heksakuokromat(III)
[Cr(H2O)6]3+.
3.
Anion Kromat CrO42- dan anion dikromat
Cr2O72-. Anion kromium adalah hexavalent
dengan keadaan oksidasi +6. Ion kromat CrO42- berwarna
kuning / orange dan ion dikromat Cr2O72-
berwarna jingga.
Proses
pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan
pada limbah cair sebelum dibuang dilingkungan sehingga tidak menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Krom termasuk logam berat yang sering
ditemukan dalam suatu perairan. Logam - logam berat yang terdapat diperairan
dapat terabsorpsi dalam tubuh hewan air dan terakumulasi didalamnya. Apabila
hewan tersebut dikonsumsi manusia/hewan maka logam berat tersebut akan masuk
kedalam tubuh dan akan terakumulasi juga. Padahal logam berat merupakan zat
yang beracun, yang dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia.
Krom merupakan logam berat dengan tiga
keadaan valensi, yaitu Cr(II), Cr(III), Cr(VI). Krom valensi 6, Cr(VI) ini baik
dalam bentuk kromat maupun dikromat sangat toksik yang dapat menyebabkan kanker
kulit dan saluran pernafasan.
Pengolahan limbah cair krom ada 2
tahapan yaitu proses pertukaran ion dan proses reduksi yang dilanjutkan dengan
pengendapan.
1.
Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)
Proses pertukaran ion (Ion Exchange) hanya digunakan pada
industry-industri pelapisan logam dengan kandungan krom tinggi, sehingga
ekonomis bila air digunakan kembali. Keuntungan proses ini adalah air bisa
didapatkan kembali dan tidak menghasilkan lumpur krom yang ditangani lebih
lanjut.
2.
Proses reduksi
Pada proses reduksi terdiri dari 2 tahapan
proses yaitu proses reduksi dan dilanjutkan tahap pengendapan. Proses reduksi
bertujuan mereduksi krom heksavalen, Cr(VI) menjadi krom trivalent, Cr(III) dan
selanjutnya akan mudah diendapkan dalam bentuk hidroksidanya. Beberapa reduktr
yang bisa dipakai antara lain : Ferro sulfat (FeSO4) ; Sulfur
dioksida (SO2) ; Metadisulfid (Na2S2O5)
Pada
proses reduksi krom akan terjadi reaksi redoks. Jika FeSO4 dipakai
sebagai reduktor maka Fe (II) akan teroksidasi menjadi Fe(III). Dalam proses
reduksi yang perlu diperhatikan adalah faktor
pH, karena reduksi krom sangat efektif dalam suasana asam (pH 1 – 2)
menurut reaksi sebagai berikut :
CrO3
+ H2O ↔ H2CrO4
2
H2CrO4 + 6 FeSO4 + 6 H2SO4
↔ Cr2(SO4)3 + 3 Fe2(SO4)3
+ 8 H2O
Setelah
reduksi selesai, dilanjutkan tahapan proses pengendapan dengan larutan kapur
ferro sulfat tidak dapat dipakai sebagai pengendapan.
Reaksinya
adalah :
Cr2(SO4)3
+ 3 Ca(OH)3 ↓ + 3 CASO4
Dalam
proses pengendapan ini perlu diperhatikan pH akhir proses yang dicapai
disebabkan kelarutan minimal dari Cr(OH)3 berada 7,5 – 8,0 dan nilai
ambang batas pH air buangan adalah 8,5.
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1.
Erlenmeyer
2.
Gelas ukur
3.
Pipet volume
4.
Corong buchner
5.
Labu ukur
Bahan:
1.
Limbah cair krom
2.
Thio Sulfat
3.
H2SO4 pekat
4.
Ca(OH)2 10%
5.
Difenil Karbazid
V.
CARA KERJA
Pengolahan Limbah Cair Krom Heksavalen
1.
Memasukkan 25 ml limbah cair pelapisan logam ke dalam
erlenmeyer 250 ml
2.
Menambahkan asam sulfat pekat pada erlenmeyer untuk mengatur
pH yang diinginkan pH 1
3.
Memasukkan Thio sulfat 1-4 gram dengan waktu reduksi 10,20
dan 30 menit
4.
Menyaring dan memasukkan dalam erlenmeyer 250 ml
5.
Menambahkan larutan Ca(OH)2 10% kedalam
erlenmeyer sampai pH 8,5 lalu menyaringnya kedalam labu takar
6.
Menambahkan 2 ml difenil karbazid, dipindahkan ke dalam labu
ukur untuk kemudian dibaca nilai absorbansinya pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 540 nm
Pembuatan blanko
1.
Memipet 25 ml aquadest dimasukkan dalam labu ukur
2.
Menambahkan 2 ml difenil karbazid
3.
Mengencerkan sampai tanda batas 50 ml
VI. HASIL
PERCOBAAN
Kelompok
4 : 0 menit
-
Absorbansi standar = 0,385
-
Pengaruh waktu
reduksi terhadap Cr6+ dengan reduktor Thio sulfat
Waktu
|
Absorbansi
|
Kadar
|
0’
|
0,020
|
5,19
|
10’
|
0,025
|
6,49
|
20’
|
0,029
|
7,53
|
30’
|
0,033
|
8,57
|
-
Kadar Cr6+ =
x konsentrasi standar x
=
x 100 x
= 5,1948 ppm
VII.
PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mereduksi
limbah cair krom heksavalen dengan thio sulfat dan Menentukan konsentrasi
sampel dengan berat tertentu dari thio sulfat. Proses pengolahan limbah cair
adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan pada limbah cair sebelum
dibuang dilingkungan sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
Krom termasuk logam berat yang sering
ditemukan dalam suatu perairan. Logam - logam berat yang terdapat diperairan
dapat terabsorpsi dalam tubuh hewan air dan terakumulasi didalamnya. Apabila
hewan tersebut dikonsumsi manusia/hewan maka logam berat tersebut akan masuk
kedalam tubuh dan akan terakumulasi juga. Padahal logam berat merupakan zat
yang beracun, yang dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia.
Pada praktikum ini yang dilakukan adalah Pengolahan Limbah Cair Krom Heksavalen
dengan cara memasukkan 25 ml limbah cair pelapisan logam ke dalam erlenmeyer
250 ml, kemudian menambahkan asam sulfat pekat pada erlenmeyer untuk mengatur
pH yang diinginkan pH 1 kemudian memasukkan Thio sulfat 1-4 gram dengan waktu
reduksi 10,20 dan 30 menit,setelah itu menyaring dan memasukkan dalam
erlenmeyer 250 ml, lalu menambahkan larutan Ca(OH)2 10% kedalam
erlenmeyer sampai pH 8,5 lalu menyaringnya kedalam labu takar, selanjutnya
menambahkan 2 ml difenil karbazid, dipindahkan ke dalam labu ukur untuk kemudian
dibaca nilai absorbansinya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540
nm. Pada percobaan sampel nomor 4 di dapat absorbansi 0,020 dengan waktu
reduksi 0 menit. Maka didapatkan kadar Cr6+
5,1948 ppm.
VIII.
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum Pengaruh
Waktu Reduksi Terhadap Cr6+ Dengan Reduktor Thio Sulfat yang
sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar Cr6+ pada sampel
dengan berat 1 gram thio sulfat adalah 5,1948 ppm.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Sunardi. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Pengolahan
Limbah. Surakarta : Jurusan D-III Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas
Setia Budi.
Yovayuvitasari.
(t.thn.). Penentuan Kadar Nitrit. Dipetik 12 18, 2014, dari
http://yovayuvitasari.wordpress.com/laporan-praktikum/penentuan-kadar-nitrit/