Senin, 29 September 2014
I.
JUDUL : ANALISIS COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)
II.
TUJUAN : Menentukan kadar COD pada limbah cair suatu
industri
III.
TINJAUAN PUSTAKA
COD (Chemical Oxygen Demand) kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang
diperlukan agar bahan-bahan organic yang ada di dalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia. Hasil penetapan COD banyak digunakan untuk pengukuran
beban pencemaran dari suatu buangan rumah tangga dan industry.
Penetapan COD
didasarkan atas kenyataan bahwa hamper semua senyawa organic dapat teroksidasi
dengan bantuan oksidator kuat dalam kondisi asam.
Ada 2 metode penetapan COD yang dapat dilakukan,yaitu
:
1.
Metode permanganat
2.
Metode bichromat
Oksidasi permangata sangat bervariasi, menurut jenis
bebannya dan tingkat oksidasinya juga bervariasi, menurut reagen yang
digunakan.
Metode yang sering digunakan
adalah metode bichromat, karena menghasilkan tingkat oksidasi yang lebih
tinggi.
Dalam hal ini bahan buangan
organic akan akan dioksidasi oleh kalium bichromat menjadi gas CO2
dan H20 serta sejumlah ion chrom. Kalium bichromat (K2Cr2O7)
digunakan sebagai sumber oksigen (Oxidizing Agent).
Oksidasi terhadap bahan organic
akan mengikuti reaksi berikut ini:
CaHbOc
+ Cr2O7 + H+ katalisator CO2 + H2O + Cr3+
Reaksi tersebut perlu pemanasan
dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4)
untuk mempercepat reaksi. Apabila didalam air buangan bahan organic
diperkirakan ada unsur chloride yang dapat mengganggu reaksi, maka perlu
ditambahkan Merkuri Sulfat (Hg2SO4) untuk menghilangkan
gangguan tersebut.
Chloride dapat menggangu karena
akan ikut teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O7).
Reaksi tersebut adalah :
6Cl- + Cr2O7
+ 14H+ ® 3Cl2 + 7H2O + 2Cr3+
Apabila dalam larutan air buangan
terdapat chloride, maka oksigen yang diperlukan pada reaksi tersebut tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Seberapa jauh tingkat pencemaran
oleh bahan buangan organic tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan
merkuri sulfat (Hg2SO4) adalah untuk mengikat klor
menjadi merkuri klorida, mengikuti reaksi sebagai berikut :
Hg2+ + 2Cl-
®HgCl2
Untuk memastikan bahwa semua zat
organic habis teroksidasi maka zat pengoksidasi, K2Cr2O7
merupakan pereaksi berlebih. Sehingga setelah pemanasan (reflux) masih terdapat
K2Cr2O7 yang dapat digunakan untuk menentukan
berapa oksigen yang terpakai. Kelebihan K2Cr2O7
ditentukan melalui titrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2 atau FAS (Ferro Amonium
Sulfat) yang reaksinya adalah sebagai berikut :
6Fe2+ + Cr2O72-
+ 14H+ ® 6Fe3+ + 7H2O + 2Cr3+
Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau
Chemical Oxygen Demand (COD) yang digunakan saat ini adalah metoda yang
melibatkan penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan
perak sulfat sebagai katalis. Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan
mendorong perlunya peninjauan kritis metoda standar penentuan COD tersebut,
karena adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam proses analisisnya
(Nurdin, 2009).
COD juga merupakan
parameter yang umum dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik
pada air limbah. COD adalah banyaknya oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik di dalam air. Uji
COD dapat dilakukan lebih cepat dari pada uji BOD, karena waktu yang diperlukan
hanya sekitar 2 jam.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen
Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah
dapat dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang
terkandung didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen
yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil.
Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga
koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan
polutan – polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.
Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu jumlah oksigen (mg
O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada
dalam sampel air dimana peoksidasi K2Cr2O7 digunakan
sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka yang ditunjukkan COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air dari zat-zat organik yang secara alamiah dapat
mengoksidasi melalui proses mikrobiologis dan dapat juga mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Sebagian besar zat organis melalui tes
COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam
keadaan asam yang mendidih.
Adapun keuntungan dengan penambahan tes COD
dibandingkan tes BOD5, antara lain:
1.
Memakan waktu ± 3 jam, sedangkan
BOD memakan waktu 5 hari;
2.
Untuk menganalisa COD antara 50 –
800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan BOD selalu membutuhkan
pengenceran;
3.
Ketelitan dan ketepatan
(reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD;
4.
Gangguan zat yang bersifat racun
tidak menjadi masalah
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1.
Kondensor
2.
Erlenmeyer
3.
Pemanas
4.
Buret
5.
Pipet volume
6.
Batu didih
Bahan:
1.
Larutan K2Cr2O7
2.
H2SO4 pekat
3.
Larutan Fe(NH4)2(SO4)2
4.
Indikator Ferroin
5.
sampel
V.
CARA KERJA
Standarisasi larutan Fe(NH4)2(SO4)2
1.
Mengencerkan 10 ml larutan standar K2Cr2O7
0,25 N menjadi 100 ml dengan air suling
2.
Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan
mendidihkan
3.
Menitrasi dengan larutan Fe(NH4)2(SO4)2
dengan menggunakan indikator Ferroin 2 ml
4.
Titik akhir titrasi tercapai pada saat terjadi perubahan
warna dari hijau menjadi merah biru
N FAS =
Penetapan
angka COD
1.
Memipet sebanyak 10 ml contoh air
2.
Memasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi batu didih
3.
Menambahkan 10 ml larutan K2Cr2O7
0,25 N
4.
Menambahkan 10 ml larutan H2SO4 pekat
5.
Memasukkan
½ jam mendidih
6.
Mendinginkan
7.
Menambahkan 2 ml indikator Ferroin
8.
Menitrasi dengan larutan FAS sampai terjadi perubahan warna
hijau menjadi merah biru
9.
Melakukan pemeriksaan blanko
Angka COD =
VI.
HASIL PERCOBAAN
Sampel 3A
v Standarisasi
larutan Fe(NH4)2(SO4)2
Pembacaan buret :
1.
30,2 ml
2.
30,2 ml
3.
30,1ml
Volume rata – rata = 30,17 ml
Perhitungan
:
N FAS =
=
= 0,0829 N
v Penetapan
angka COD
Angka
COD =
=
= 72,952 mg/l
VII.
PEMBAHASAN
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat
organik yang ada dalam 1 liter sampel
air, dimana pengoksidasi atau digunakan sebagai sumber oksigen.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Pada praktikum Analisis COD (Chemical Oxygen Demand)
bertujuan untuk menentukan kadar COD pada limbah cair suatu industri. Percobaan ini
berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi.
Pada percobaan ini yaitu menentukan Angka COD pada
sampel 3A. Hal pertama yang
dilakukan adalah Standarisasi
larutan Fe(NH4)2(SO4)2 / FAS.
Mengencerkan 10 ml larutan standar K2Cr2O7
0,25 N menjadi 100 ml dengan air suling, kemudian ditambahkan 10 ml H2SO4
pekat, didihkan. titrasi dengan larutan Fe(NH4)2(SO4)2
dengan menggunakan indikator Ferroin 2 ml. Titik akhir titrasi tercapai pada
saat terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah biru. Reaksinya adalah
sebagai berikut : 6Fe2+ + Cr2O72-
+ 14H+ ® 6Fe3+ + 7H2O + 2Cr3+. Menghitung nilai Normalitas FAS dengan
rumus : N FAS =
. Hasil
dari percobaan dan perhitungan diperoleh Normalitas FAS sebesar 0,0829 N.
Untuk
menetapan angka COD pada sampel 3A, hal yang dilakukan adalah Memipet sebanyak
10 ml sampel, masukkan kedalam erlenmeyer yang berisi batu didih, tambahkan 10
ml larutan K2Cr2O7 0,25 N, tambahkan 10 ml
larutan H2SO4 pekat, masukkan
½ jam, didihkan dan dinginkan. Adapun fungsi
pendinginan tersebut yaitu untuk memperoleh kesetimbangan pada larutan. Tambahkan 2 ml indikator Ferroin. Setelah itu, sampel
tersebut di titrasi dalam keadaan panas dengan
menggunakan FAS. Dimana menitrasi
dalam keadaan panas dilakukan karena reaksi tidak dapat berlangsung pada suhu
kamar. Kemudian menitrasi larutan tersebut hingga titik ekivalen terjadi yaitu
di tandai dengan adanya perubahan warna dari hijau menjadi merah biru. Melakukan
pemeriksaan blanko dengan cara yang sama, tapi hanya mengganti sampel menjadi
aquadest. Menghitung angka COD dengan rumus =
. Dari percobaan dan perhitungan
diperoleh hasil bahwa pada sampel 3A angka COD sebesar 72,952 mg/l.
VIII.
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum Analisis
COD (Chemical Oxygen Demand) yang sudah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada sampel 3A angka COD sebesar 72,952
mg/l.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Akbar. 2013. Laporan Kimia
Lingkungan "PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)". Online : http://akbarcules46.blogspot.com/2013/12/laporan-kimia-lingkungan-penentuan.html. Diakses pada tanggal 30
September 2014.
Effendi,
H. 2003. Telaah Kualitas Air.
Yogyakarta : Penerbit kanisius.
Nurdin, M dkk. 2009. Pengembangan
Metode Baru Penentuan Chemical Oxygen Demand (COD) Berbasis Sel
Fotoelektrokimia: Karakterisasi
Elektroda Kerja Lapis Tipis TiO2/ITO. Dalam Makara, Sains, vol 13 no.1: 1-8.
Sunardi. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Pengolahan
Limbah. Surakarta : Jurusan D-III Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas
Setia Budi.
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan
Menerapkan Iso 14001. Jakarta:Grasinda.