Senin, 13 Oktober 2014
I.
JUDUL : PENETAPAN KADAR BESI (Fe)
II.
TUJUAN : Menentukan konsentrasi Fe dalam air
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Besi
merupakan salah satu element kimiawi yang dapat dijumpai hampir setiap
tempat di bumi (misalnya air). Pada umumnya besi yang ada dalam air dapat
terbentuk :
1.
Sebagai larutan dimana besi terlarut dalam bentuk Fe2+
atau Ferro dan Fe3+ atau Ferri
2.
Sebagai partikel kasar yang tersuspensi dalam bentuk butir
koloid (diameter kecil dari satuan micron atau dalam bentuk jumlah besar Fe2O3,
FeO, Fe(OH)3, dan sebagainya)
3.
Sebagai komplek yang tergabung dengan zat organic atau zat
padat anorganik seperti tanah liat
Besi
terdapat dalam air dengan konsentrasi yang sangat rendah sedangkan dalam air
permukaan bersifat alkalis mempunyai
konsentrasi kurang dari satu ppm.
Beberapa air, air tanah dan air permukaan yang asam kadang-kadang mengandung
besi yang lebih banyak dalam bentu pereduksi sebagai ion ferro dan besi ini
larut dalam adanya ion-ion pembentuk komplek. Ion ferro hanya pada pH kecil
dari 5.
Spektrofotometri merupakan
suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih terinci
mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan
yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian
sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan
eksitasi electron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat
dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang
diselidiki. Oleh
karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi
gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih
penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak
untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus
pengabsorpsi.
Metode
spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu
larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri.
Hanya larutan senyawa yang berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini.
Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan
pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe3+
dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya
kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang
dibuat pada keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah
cahaya yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini
sering digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air minum.
Pada
metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi
cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh
aseton dan asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap digunakan
untuk transisi electron. Karena energy cahaya UV lebih besar dari energy cahaya
tampak maka energy UV dapat menyebabkan transisi electron s dan p.
Pembentukan bentuk molekul
dalam menyerap sinar tampak diperlukan bila senyawa yang dianalisis tidak
melakukan penyerapan di daerah sinar tampak. Dalam hal demikian senyawa
tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi (III)
warnanya sangat lemah (kuning) sehingga serapannya kecil. Untuk itu perlu
direaksikan dengan pereaksi tertentu misalnya 1,10 fenantrolin atau potasium tiosianat, sehingga memberikan warna yang
menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar
kecil. Pereaksi yang menimbulkan warna itu harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain :
1.
Reaksinya
dengan zat yang dianalisa harus selektif dan sensitif.
2.
Tak boleh
membentuk warna dengan zat – zat lain yang ada didalam larutan.
3.
Warna
yang ditimbulkan harus stabil untuk jangka waktu yang lama.
Bila tidak ada zat-zat lain yang mengganggu, maka panjang
gelombang yang digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif secara
spektrofotometri , biasanya adalah panjang gelombang yang sesuai dengan serapan
maksimum. Kurva kalibrasi dibuat
dengan jalan mengukur serapan larutan – larutan standar . bila hukum Lambert –
Beer dipenuhi, maka grafik / kurva ini akan membentuk garis lurus melalui titik
nol.
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
1.
Buret
2.
Erlenmeyer
3.
Volume pipet
4.
Labu takar
5.
Spektrofotometri
6.
Pembakar spritus, kaki tiga dan kasa
Bahan:
1.
Sampel air
2.
Aquadest
3.
HCl pekat
4.
Buffer asetat
5.
Hidroksilamin
6.
phenantrolin
V.
CARA KERJA
Menentukan standar
1.
Memipet 10 ml larutan standar dimasukkan dalam labu ukur 100
ml
2.
Menambahkan 2 tetes larutan KCNS
3.
Menambahkan aquadest sampai batas ukur 100 ml
4.
Menentukan absorbansinya dengan spektrofotometer
Menentukan sampel
1.
Memipet 10 ml sampel dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
2.
Menambahkan 2 tetes larutan KCNS
3.
Menambahkan aquadest sampai batas ukur 100 ml
4.
Menentukan absorbansinya dengan spektrofotometer
VI.
HASIL PERCOBAAN
Sampel Fe nomer 4
-
Larutan Standar Fe
12,4 ppm
Panjang
gelombang (nm)
|
Absorbansi
|
460
|
0,227
|
470
|
0,222
|
480
|
0,212
|
490
|
0,197
|
500
|
0,178
|
510
|
0,159
|
520
|
0,139
|
-
Absorbansi standar =
0,197
-
Absorbansi sampel
pada panjang gelombang 490 nm = 0,095
-
Pengenceran = 50/25 =
2x
-
Kadar Fe =
x konsentrasi standar x
=
x 12,4 x
= 5,98 ppm
VII.
PEMBAHASAN
Pada
Praktikum penentuan kadar Besi (Fe) bertujuan untuk menentukan konsentrasi Fe
dalam air menggunakan alat spektrofotometer. Prinsip metode spektrometri sinar
tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Hanya
larutan berwarna saja yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak
berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang
menghasilkan senyawa berwarna, seperti pada percobaan ini, untuk ion besi dalam
larutan perlu direaksikan dengan pereaksi warna tertentu karena ion besi (III)
warnanya sangat lemah sehingga serapannya kecil, terlebih lagi konsentrasi ion
besi dalam larutan pada percobaan ini sangat kecil.
Pada
percobaan ini langkah pertama yang dilakukan dengan mereaksikan larutan standar
besi nomer 4 dalam labu ukur dengan larutan KSCN yang merupakan pereaksi warna
dan reaksinya dengan larutan besi yang merupakan senyawa kompleks [Fe(SCN)]2+.
Pereaksi ini akan menghasilkan warna yang menyerap dengan kuat sehingga dapat
digunakan untuk analisa besi dalam kadar kecil. Pembentukan
bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan bila senyawa yang
dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak. Senyawa tersebut
harus dirubah menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi (III) warnanya
sangat lemah (kuning) sehingga serapannya kecil.
Setelah
itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam percobaan ini adalah memilih
panjang gelombang maksimum pada larutan standar Fe 12,4 ppm.
Pengukuran serapan atau absorbansi
spektrometri biasanya dilakukan pada suatu panjang gelombang yang sesuai dengan
serapan maksimum karena konsentrasi besar terletak pada titik ini, artinya
serapan larutan encer masih terdeteksi. Panjang gelombang yang maksimum
memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling
besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi
hukum Lambert-Beer Pada panjang gelombang maksimum pun apabila dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan
oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan
panjang gelombang maksimal. Untuk panjang gelombang maksimalnya adalah 490 nm.
Menghasilkan Absorbansi pada larutan standar Fe
sebesar 0,197 dan absorbansi sampel nomer 4 pada panjang gelombang 490 nm
sebesar 0,095.
Untuk
menghitung konsentrasi Fe dengan rumus :
konsentrasi Fe =
x konsentrasi standar x
dari
hasil percobaan dan perhitungan dihasilkan konsentrasi sampel Fe nomer 4 adalah
5,98 ppm.
VIII.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Penetapan Kadar Besi (Fe) yang
sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada sampel nomer 4 kadar Fe sebesar
5,98 ppm.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. “Spektrofotometer”,
(online), (http://roheemar.wordpress.com/2012/02/28/spektrofotometer/ diunduh 20 Oktober 2014).
Depi, 2012. “Penentuan Besi Secara
UV/VIS”, (online), (http://depisatir.blogspot.com/2012/09/laporan-penentuan-besi-dengan-cara-uvvis.html
diunduh 20 Oktober 2014).
Nevy, dkk.
2012. Penentuan Kadar Besi
Menggunakan Spektofotomer Spektronic-20. Teknik Kimia - D3 Analis Kimia. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Purnama,Yaktiva, 2010. “Penentuan Kadar
Besi dengan Teknik Spektrofotometri UV/VIS”, (online), (http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/penentuan-kadar-besi-fe-dalam-sampel.html diunduh 20 Oktober 2014)
Sunardi. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Pengolahan
Limbah. Surakarta : Jurusan D-III Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas
Setia Budi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar